Strategi Pelaku Konstruksi Pada Era Industri Digital

Strategi Pelaku Konstruksi Pada Era Industri Digital – Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana ataupun prasarana yang meliputi pembangunan gedung (building construction), pembangunan prasarana sipil (Civil Engineer), dan instalasi mekanikal dan elektrikal.  Meskipun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, akan tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi satu unit bangunan, itulah sebabnya ada bidang/sub bidang yang dikenal sebagai klasifikasi.

Menurut Undang-undang mengenai Jasa konstruksi, “Jasa Konstruksi” ialah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.  “Pekerjaan Konstruksi” ialah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. http://www.shortqtsyndrome.org/

Industri konstruksi saat ini menjadi salah satu industri riil yang memiliki potensi bisnis yang cukup menarik.  Bukan saja karena sektor tersebut saat ini menjadi sektor yang mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Hal itu juga di karenakan sektor  ini bisa menjadi trigger untuk  meningkatkan potensi bisnis dari suatu daerah. www.americannamedaycalendar.com

Besarnya potensi industri konstruksi yang ada di Indonesia, memang tidak di ragukan lagi. Dari tahun ke tahun kapitalisasi pasar dari industri ini selalu meningkat. Dalam rencana APBN ( Anggaran Pendapatan & Belanja Negara) tahun 2020 saja nilainya sudah mencapai Rp419,2 triliun naik sekitar 4,9% dibandingkan tahun 2019 lalu.

Strategi Pelaku Konstruksi Pada Era Industri Digital

Jika melihat potensi yang ada, maka bisa jadi angka tersebut masih mungkin bisa meningkat di tahun 2020. Meskipun dalam APBN sudah di prediksi meningkat di banding tahun 2019. Hal mendasar yang paling mungkin bisa terjadi adalah ketika kita melihat besarnya kebutuhan anggaran fisik pada saat Ibukota Negara mulai di realisasikan untuk pindah ke Propinsi Kalimantan. Maka kebutuhan anggaran konstruksi yang ada semakin meningkat. Dari beberapa prediksi yang pernah di sampaikan, nilai anggarannya bisa mencapai Rp466 triliun jika rencana pemindahan Ibukota Jakarta ke  Kalimantan jadi dilaksanakan mulai tahun 2020.

Sebuah potensi yang besar memang pada akhirnya perlu diantisipasi dan dimaksimalkan  dengan cukup baik bagi seluruh pelaku dalam  industri konstruksi dan sektor pendukungnya. Dimana  hal itu menjadi penting  mengingat sektor konstruksi dan properti adalah sektor yang cukup banyak melibatkan pelaku dalam industri tersebut. Baik  yang tersambung secara langsung ataupun tidak langsung. Kesemua itu pada akhirnya perlu adanya satu komitmen bersama untuk menyukseskan keberhasilan industri konstruksi di masa- masa mendatang.

Terkait dalam upaya untuk memaksimalkan potensi bisnis yang ada di sektor tersebut. Seperti juga kita ketahui bersama bahwa saat ini Era Industri 4.0 sedang menjadi era yang begitu penting di apresiasi oleh seluruh pelaku dalam industri yang ada di Indonesia. Terkait dengan keterkaitan  dengan industri 4.0 yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia.

Maka Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghimbau agar pelaku dalam industri konstruksi  mesti menguasai teknologi 4.0 tersebut sebagai salah satu cara untuk menjadi media kompetensi  yang baik dan bisa bersaing dengan pelaku industri terkait yang ada di kawasan regional ataupun global.

Perhatian yang diberikan Menteri PUPR seperti yang disampaikan oleh  Basuki Hadimuljono tersebut memang sejalan dengan apa yang saat ini sedang terjadi. ” Saat ini inovasi teknologi dalam sektor konstruksi memang harus terus di kembangkan. Hal ini karena sejalan dengan harapan pemerintah untuk turut menyukseskan kebijakan pemerintah dalam Era Industri 4.0,’ seperti itulah  statemen yang  disampaikan oleh Basuki Hadimuljono.

Ada beberapa hal yang mendasari kenapa  pada akhirnya Menteri PUPR begitu concern terhadap  penggunaan teknologi dalam konteks industri 4.0.

(1) Pemanfaatan teknologi harus bisa di gunakan untuk mengefisiensikan sistem kerja yang terjadi serta meningkatkan kualitas pekerjaan dalam sektor konstruksi. (2) Teknologi setidaknya  harus bisa memberikan added value  bagi industrinya sehingga produk konstruksi yang ada di Indonesia memiliki potensi nilai yang bisa bersaing tidak saja di tingkat regional tetapi juga global. (3) Bahwa teknologi adalah berupa tools, maka agar semua  hal  bisa berjalan secara simultan, tugas para pemegang tampuk pimpinan di sektor properti dan konstruksi bisa terus meningkatkan kompetensi SDM yang ada di lingkungannya.

SISTEM & APLIKASI CRM, SARANA EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM

Salah satu strategi pemanfaatan teknologi dalam industri 4.0 memang bukan saja seperti yang telah di jelaskan diatas. Tetapi lebih dari itu, strategi utama yang ingin di capai dari kebijakan tersebut adalah untuk memenangkan persaingan global dalam industri konstruksi. Mengingat saat ini Indonesia bisa dikatakan satu negara yang memiliki kompetensi global terkait dalam industri properti dan konstruksi. Dimana harapannya  agar industri konstruksi bisa menjadi lebih cepat, lebih murah dan lebih baik.

Strategi Pelaku Konstruksi Pada Era Industri Digital 1

Jika Basuki mengharapkan adanya beberapa perubahan yang mesti dilakukan ketika kebijakan Era Industri 4.0 mulai di jalankan. Dari mulai menerapkan Building Information Modeling (BIM) atau teknologi konstruksi yang tentunya berbasis 4.0. Juga dari BIM proses selanjutnya adalah menerapkan data base informasi yang dibuat dalam model 3D Model. Konsep inilah yang nantinya akan selalu digunakan pada setiap tahapan proyek yang di kerjakan oleh pelaku bisnis.

Maka Handri Kosada, CEO Barantum memberikan perspektif bisnisnya untuk meningkatkan kualitas proyek  yang akan di kerjakan oleh pelaku bisnis konstruksi dengan apa yang di namakan CRM ( customer relationship management). Aplikasi yang berbasis sales dan di arahkan untuk mengoptimalkan keberadaan data base customer yang cukup beragam. Aarahnya adalah untuk meningkatkan kontribusi positif dari customer yang di miliki oleh perusahaan sehingga potensi proyek yang di kerjakan oleh pelaku bisnis benar-benar sesuai dengan apa yang di harapkan klien serta  akan memiliki added value yang baik. Karena, sedari awal sejak masa perencanaan baik pelaku industri dan kliennya sudah saling tahu dan paham tentang apa yang diinginkan dan di butuhkan terkait rencana pembangunan proyeknya.

CRM itu sendiri, sejatinya memang sebuah aplikasi yang bisa di jalankan oleh  hampir semua jenis  industri. Karena memang basicnya adalah customer. Namun jika sistem CRM (barantum.com) ini akan di terapkan untuk jenis industri seperti properti dan konstruksi, maka ada beberapa keuntungan yang bisa didapat:

(1) Perusahaan akan lebih mudah dalam merencanakan dan membangun sebuah proyek, karena data dan informasi tentang apa yang di butuhkan klien sudah di pahami dengan baik oleh pelaku industri tersebut (2) Perusahaan akan lebih efektif dan efisien dalam menjalankan sebuah proyek, karena progress report yang dibuat pelaku industri sudah secara jelas di terima oleh klien kapanpun si klien menginginkan. (3) Perusahaan sudah pasti akan bisa memaksimalkan kualitas proyeknya karena progress kerjasama yang terjalin bersifat komunikasi 2 arah. Sehingga bisa di minimalkan potensi kesalahan atau kerugian yang akan terjadi pada  kedua belah pihak.